Saturday, October 25, 2008

Gunung Sawal Harus Jadi Hutan Lindung

Petani Diimbau Menanam Palawija

Ciamis, Kompas - Gunung Sawal, sumber air warga Kabupaten Ciamis, harus dijadikan hutan lindung sehingga bisa menjadi daerah tangkapan air yang baik. Dengan hutan lindung yang terjaga kelestariannya, fluktuasi debit air sungai yang berhulu di gunung ini bisa terkendali.

Hal itu diungkapkan Ketua Fraksi Keadilan Sejahtera DPRD Kabupaten Ciamis Didi Sukardi, Kamis (6/9), sehubungan dengan terjadinya penurunan debit air yang cukup drastis pada Sungai Cileueur. Selama ini sungai yang berhulu di Gunung Sawal dan menjadi sumber air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Ciamis ini berdebit normal 120-130 meter kubik per detik. Pada kemarau ini sudah turun menjadi 70 meter per detik.

"Kalau hutan terjaga, debit air sungai di Ciamis tidak turun drastis ketika kemarau," ujar Didi. Kemarau yang sedang terjadi saat ini selain mengakibatkan lahan pertanian mengering, juga menyebabkan kebutuhan air bersih masyarakat sulit terpenuhi. Masyarakat yang menjadi pelanggan PDAM pun harus rela menerima giliran kiriman air akibat menurunnya debit sumber air baku milik PDAM.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Ciamis, kemarau menyebabkan 3.160 hektar lahan sawah mengalami kekeringan ringan, 2.968 hektar sedang, 1.286 hektar berat, dan 501 hektar puso. Sementara luas sawah yang sedang terancam kekeringan seluas 5.595 hektar.

Akibatnya, produksi padi pun menurun. Produksi padi bulan Agustus hanya 89.757 ton jauh di bawah hasil produksi sebulan sebelumnya yang sebanyak 314.512 ton.

"Produksi menurun karena pada saat masa primordial, air justru sedikit sehingga bulir padi yang sedang terisi tidak bernas," kata Endang Supardi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, Kamis.

Menanam palawija
Menurut Endang, pihaknya dari jauh-jauh hari sudah menganjurkan kepada petani agar tidak berspekulasi dengan kondisi cuaca. Memasuki kemarau sebaiknya petani menanam palawija. Akan tetapi, masih banyak petani yang memaksakan diri menanam. Akibatnya, sawah mereka mengalami kekeringan.

Untuk menanggulangi kondisi ini Dinas Pertanian menyiapkan tujuh pompa air untuk dipakai petani menyedot air dari sumber-sumber air yang masih tersisa. Sementara untuk tahun depan Dinas Pertanian berencana mengusulkan pembuatan sumur pantek.

Kekeringan kemarau sekarang berdampak pula pada pelayanan PDAM Tirta Galuh Ciamis. Akibatnya, PDAM terpaksa menerapkan giliran kiriman air kepada pelanggannya meskipun kadang-kadang air yang diterima pelanggan sedikit kotor. Rata-rata giliran dilakukan dua hari sekali dengan durasi waktu yang bervariasi. Artinya, satu hari mendapat air, satu hari tidak, demikian seterusnya selama kemarau.

"Sebenarnya kalau debit Sungai Cileueur 120 liter per detik saja mampu melayani sekitar 12.000 pelanggan dengan catatan tingkat kebocoran air 20 persen. Namun, ini hal yang berat, apalagi jika tingkat kebocoran saat ini masih 40 persen. Sebab, sekitar 60 persen pipa saluran sudah berusia 30 tahunan," kata Kepala Cabang PDAM Tirta Galuh Ciamis Otong Rusmana.

Salah satu upaya yang sedang dilakukan PDAM Tirta Galuh untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, terutama saat kemarau, lanjut Otong, ialah pembuatan instalasi baru yang mengambil air dari Sungai Citanduy dengan debit 100 liter per detik. Pada kondisi kemarau debit Sungai Citanduy 2.000 liter per detik. (adh)

Sumber: Kompas.Com Jumat, 07 September 2007

No comments: